islami



adab makan dalam islam


Sebenarnya Islam telah datang sebagai agama yang sempurna, yang tidak saja mengatur tata cara beribadah kepada Allah (hubungan dengan Sang Pencipta), namun juga mengatur hubungan dengan sesama, makhluk hidup lain, lingkungan, maupun hubungan terhadap diri sendiri.

Salah satu aturan dalam Islam yang berkenaan dengan hubungan terhadap diri sendiri adalah adab/aturan cara makan dan minum. Rasulullah shollallohu ‘alayhi wa ‘alaa aalihi wa sallam bersabda,

“Wahai anakku, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang berada di dekatmu.” (HR Bukhari no. 5376 dan Muslim 2022)

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian makan dengan tangan kiri karena syaitan itu juga makan dengan tangan kiri.” (HR Muslim no. 2019).

Spoilerfor Tambahan
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang diantara kalian hendak makan maka hendaknya makan dengan menggunakan tangan kanan, dan apabila hendak minum maka hendaknya minum juga dengan tangan kanan. Sesungguhnya syaitan itu makan dengan tangan kiri dan juga minum dengan menggunakan tangan kirinya.” (HR Muslim no. 2020).

Imam Ibnul Jauzi mengatakan, “karena tangan kiri digunakan untuk cebok dan memegang hal-hal yang najis dan tangan kanan untuk makan, maka tidak sepantasnya salah satu tangan tersebut digunakan untuk melakukan pekerjaan tangan yang lain.” (Kasyful Musykil, hal 2/594)


Sebagian besar kita mungkin sudah mengetahui dan sering mendengar tentang hadits di atas. Namun, dalam tataran implementasi, sering ane dapetin seorang muslim yang masih memakai tangan kiri ketika makan atau minum.

Berbagai dalih dan alasan mungkin bisa kita angkat sebagai pembenar tindakan tersebut (makan/minum dengan tangan kiri). Namun pernahkah kita mencoba mencari dalih atau alasan untuk membenarkan cara makan/minum kitasupaya sesuai dengan ajaran (aturan) Islam ?

Di sini ane sekedar mau share seputar trik menyiasati cara makan kita agar dapat sesuai dengan hadits di atas.

Berikut beberapa alasan kita makan/minum menggunakan tangan kiri:

1. Makan dengan tangan kanan (tanpa alat makan), sementara minum dengan tangan kiri. Alasan : tangan kanan kotor dengan bekas/sisa2 makanan, makanya memegang gelas untuk minum memakai tangan kiri.

Spoilerfor Solusi
Makanan dihabiskan dulu semua. Setelah habis, tangan kanan dibasuh/dicuci di kobokan (tempat cuci tangan, biasanya di sebuah mangkuk), kemudian dipakai untuk memegang gelas/minum

(ane pernah baca, kurang baik kalau kita makan dengan diselingi minum. Lebih baik makan dulu semua makanan sampai habis, baru minum)

atau Tetap memegang gelas memakai tangan kanan walau kotor, toh gelasnya nanti juga dicuci

atau Tangan kanan memegang gelas dengan memakai tissue

atau Jika kita makan dengan tiga jari, gunakan jari manis, kelingking (yg masih bersih) dan jempol tangan kanan untuk memegang gelas

atau Kalau ada sedotan, gunakan jari manis, kelingking (yg masih bersih) dan jempol tangan kanan untuk memegang sedotan kemudian pakai untuk minum

atau Masukan dari agan xv22shasokais (dengan sedikit modifikasi): Jari jempol,jari manis dan kelingking tangan kanan memegang gelas, dan ditopang dari bawah dengan punggung tangan kiri


2. Makan dengan sendok dan garpu, di mana garpu di tangan kiri dan terkadang dipakai untuk memasukkan lauk (misal: daging/sayur, wortel, dll) ke mulut.

Spoilerfor Solusi
Menggunakan garpu hanya untuk membantu menaruh makanan di sendok, dan makanan dimasukkan ke mulut tetap memakai sendok di tangan kanan

atau Tukar tempat memegang sendok dan garpu sebentar, sekedar memasukkan makanan yang hanya bisa dimakan memakai garpu ke dalam mulut

(tetapi ane pikir, secara umum semua makanan sebenarnya bisa dimasukkan ke mulut memakai sendok)


3. Makan steak atau puding (pisau di tangan kanan, garpu di tangan kiri).

Spoilerfor Solusi
Irislah steak/puding menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, kemudian tukar tempat memegang (garpu di tangan kanan, pisau di tangan kiri). Karena ukuran steak/puding sudah lebih kecil, insya Alloh mudah mengirisnya dengan memakai tangan kiri


4. Makan gorengan (ngemil) dengan tangan kanan, sementara memegang dan memakan cabe (sebagai pasangan gorengan) dengan tangan kiri.

Quote:Original Posted By Ejakeren 
Mangstab gan.......
Selalu menggunakan tangan kanan gan , tapi sering kelupaan kalo makan ama kerupuk gan, kadang ada di tangan kiri gan...


Spoilerfor Solusi
Pegang gorengan dan cabe berbarengan dengan tangan kanan (karena ukuran cabe relatif kecil)

atau Setelah menggigit gorengan, taruh gorengan sebentar dan makan cabenya dengan tangan kanan, kemudian dilanjut lagi memakan gorengan dengan tangan kanan

atau Gigit gorengan sedikit, kemudian tusukkan cabenya ke bagian dalam gorengan (yang sudah terbuka karena gigitan), lalu lanjut makan gorengan dengan tangan kanan

atau Makan cabenya (kerupuknya) dulu, kemudian baru gorengannya (nasi)

atau Makan nasinya dulu, kemudian baru kerupuknya (dengan tangan kanan)


5. Minum di gelas yang memakai sedotan, dan memegang sedotan dengan tangan kiri.

Spoilerfor Solusi
Ganti dengan memegang sedotan memakai tangan kanan (intinya alat yang dipakai memasukkan makanan/minuman secara LANGSUNG dipegang dengan tangan kanan)


6. Minum / makan sambil berkendara (mengendarai sepeda/menyetir mobil), tangan kanan memegang kemudi / setir sedangkan tangan kiri memegang gelas (botol) minum / makanan (roti, dsb)

Spoilerfor Solusi
Tinggal ganti tangan aja, tangan kiri memegang kemudi / setir sedangkan tangan kanan memegang gelas (botol) minuman / makanan.

Lebih bagus berhenti sejenak, biar fokus ke makanan dan konsentrasi dalam mengemudi / berkendara tidak pecah


7. Kidal.

Spoilerfor Solusi
Kidal tidakmenghalangi seseorang untuk makan/minum menggunakan tangan kanan, sebagaimana orang yang tidak kidal juga tidak menghalanginya untuk makan/minum dengan tangan kiri.

Ane pernah dengar cerita dari temen ane yang kuliah di STAI Ali bin Abu Thalib – Surabaya, bahwa di kampusnya ada seorang dosen yang kidal. Namun dosennya ini pernah berkata, bahwasanya walaupun beliau kidal, menulis dengan tangan kiri, untuk makan dan minum beliau mengusahakan untuk memakai tangan kanan agar tidak menyalahi perintah Rosululloh di atas.

Tidakkah kita yang normal (tidak kidal) lebih patut untuk meneladani beliau ?


8. Tangan kanan sakit/buntung

Spoilerfor Solusi
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah [2]:286)

Maka beakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.”(QS. At-Taghabun [64]:16)

Jika memungkinkan ada orang yang menyuapi, mungkin lebih bagus. Kalau tidak, insya Alloh dalam kondisi seperti ini tidak mengapa makan/minum dengan tangan kiri.


Intinya, selama kita memiliki kemauan dan sedikit 'memaksa' diri, sesuatu yang tadinya sulit dan merepotkan akan menjadi ringan.



Aurat yang sering terlupakan




Salah satu syarat sahnya sholat, supaya sholat kita diterima dan menggugurkan kewajiban, adalah menutup aurat. Nah, bagi laki-laki aurat yang wajib ditutupi ketika sholat adalah apa-apa yang ada di antara pusar dan lutut. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa bahu juga wajib ditutup di dalam sholat (Konsekuensinya, pakai kaus kutang/bertelanjang dada tidak sah sholatnya).

Walaupun begitu, kedua-dua pendapat di atas tentunya SEPAKAT dong, kalo bagian kulit yang berada pas di atas pantat itu termasuk bagian yang WAJIB ditutup juga, kalo gak mau sholatnya tidak diterima.

Nah, fenomena berikut ini sering kali ane liat, terutama kalo cowok yg lagi sholat itu pake kaos ketat atao kaos “adek”nya n pake celana yang longgar (agak melorot).


Ketika dia sujud
, nongol-lah si CD berikut kulit pas di atasnya (tidak tertutup), karena kaosnya tertarik ke atas, sementara celananya narik ke bawah. Buat gambaran, contohnya seperti ini :


Spoilerfor kelihatan


Maaf, hanya sebagai gambaran aja.

Okelah, kalo memang gak punya pakaian lain buat sholat. Saran ane pakelah pelapis tubuh bagian atas ketika sholat yang dimasukin ke dalam celana (misal kaos oblong ‘daleman’). Jadinya ketika kaos luar dan celana ketarik ketika sujud, CD dan kulit ente yang pas di atas CD itu tidak kelihatan.

Awas lho gan, ini urgen banget, sebagai salah satu usaha supaya sholat antum diterima (sah). Lebih bagus lagi kalo bisa kayak gini :


Spoilerfor patut ditiru




 

Buat Sista
Quote:Original Posted By maruvsalim 

Spoilerfor 1


Spoilerfor 2


Spoilerfor 3

Spoilerfor 4


Dasar Pengambilan Hukum
Spoilerfor Sumber

1. شرح سلم التوفيق 27 للشيخ النواوي البنتني -دار احياء الكتب العربية-

2. والستر بما يستربه لون البشرة لجميع بدن الحرة الا الوجه والكفين وستر ما بين السرة والركبة للذكر والامة من كل الجوانب لاالأسفل قوله لا الأسفل اي الذيل وان رؤي ذالك بالفعل حال سجوده افاده عطية.

3. هامش الجمل ج:1ص:409للشيخ السليمان الجمل –دار الفكر-

4. (و ) ثالثها ( ستر عورة ) ولو خاليا في ظلمة ( بما ) أي : بجرم ( يمنع إدراك لونها ) من أعلى ( وجوانب ) لها لا من أسفلها فلو رئيت من ذيله كأن كان بعلو والرائي أسفل لم يضر ذلك.

5. (قوله لا من أسفلها ) أي : ولو كان المصلي امرأة أو خنثى ا هـ شرح م ر . ( قوله فلو رئيت من ذيله ) أي رآها غيره ولو بالفعل أما لو رآها هو كأن طال عنقه فإنها تبطل ا هـ شيخنا

6. حاشية الجمل ج:1ص:409 للشيخ السليمان الجمل –دار الفكر-

7. وفي البرماوي ما نصه قوله فلو رئيت من ذيله أي : رئيت في قيام أو ركوع أو سجود سواء رآها هو أو غيره لا لتقلص ثوبه بل لنحو جمع ذيله على عقبيه ا هـ برماوي ومثله ق ل على الجلال ومثلهما ع ش على م ر.

قر ة العين بفتاوى الشيخ إسماعيل الزين ص: 59. ترتيب وقديم ممد نور الدين مربو بنجر المكى .

فقد قدم إلي بعض الإخوان سؤالا هذا نصه : قد قرروا أن عورة الحرة في الصلاة جميع بدنها ما سوى الوجه والكفين ومعلوم أن حد الوجه طولا ما بين منابت الشعر إلى منتهى اللحيين وعرضا من الأذن إلى الأذن وقد وقع كثيرا انكشاف ما تحت الذقن من بدن المرأة حال صلاتها وطوافها فهل تعذر في ذلك لكونه من أسفل أم يضر ذلك أفتونا رحمكم الله فالمسألة واقعة حال فأقول وبالله التوفيق :انكشاف ما تحت الذقن من بدن المرأة في حال الصلاة والطواف يضر فيكون مبطلا للصلاة والطواف وذلك لأنه داخل في عموم كلامهم فيما يجب ستره فقولهم عورة الحرة في الصلاة جميع بدنها إلا الوجه والكفين يفيد ذلك لأمور منها الاستثناء فإنه معيار العموم ومنها قولهم يجب عليها أن تستر جزأ من الوجه من جميع الجوانب ليتحقق به كمال الستر لما عداه فظهر بذلك أن كشف ذلك يضر ويعتبر مبطلا للصلاة ومثلها الطواف هذا مذهب سادتنا الشافعية وأما عند غيرهم كالسادة الحنفية والسادة المالكية فإن ما تحت الذقن ونحوه لا يعد كشفه من المرأة مبطلا للصلاة كما يعلم ذلك من عبارات كتب مذاهبهم وحينئذ لو وقع ذلك من العاميات اللاتي لم يعرفن كيفية التقيد بمذهب الشافعية فإن صلاتهن صحيحة لان العامي لا مذهب له وحتى من العارفات بمذهب الشافعي إذا أردن تقليد غير الشافعي ممن يرى ذلك فإن صلا تهن تكون صحيحة لأن أهل المذاهب الأربعة كلهم على هدى فجزاهم الله عنا خير الجزاء وبذلك يعلم أن هذه المسألة التي وقع السؤال عنها هي في موضع خلاف بين ائمة المذاهب وليست من المجمع عليه والحمد لله الذي جعل في الأمور سعة

8. بغية المسترشدين 51 للسيد عبد الرحمن بن محمد بن حسين بن عمر –الهداية سورابيا-

9. (مسألة: ي: قولهم: يشترط الستر من أعلاه وجوانبه لا من أسفله الضمير فيها عائد إما على الساتر أو المصلي، والمراد بأعلاه على كلا المعنيين في حق الرجل السرة ومحاذيها، وبأسفله الركبتان ومحاذيهما، وبجوانبه ما بين ذلك، وفي حق المرأة بأعلاه ما فوق رأسها ومنكبيها وسائر جوانب وجهها، وبأسفله ما تحت قدميها، وبجوانبه ما بين ذلك، وحينئذ لو رؤي صدر المرأة من تحت الخمار لتجافيه عن القميص عند نحو الركوع، أو اتسع الكمّ بحيث ترى منه العورة بطلت صلاتها، فمن توهم أن ذلك من الأسفل فقد أخطأ، لأن المراد بالأسفل أسفل الثوب الذي عم العورة، أما ما ستر جانبها الأعلى فأسفله من جانب العورة بلا شك كما قررناه اهـ. قلت: قال في حاشية الكردي وفي الإمداد: ويتردد النظر في رؤية ذراع المرأة من كمها مع إرسال يدها، استقرب في الإيعاب عدم الضرر، بخلاف ما لو ارتفعت اليد، ويوافقه في ما في فتاوى (م ر وخالفه في التحفة قال: لأن هذا رؤية من الجوانب وهي تضر مطلقاً اهـ

10. اعانة الطالبين ج:1 ص: 113 للشيخ أبي بكر محمد شطا الدمياطي

11. (قوله: ويجب الستر من الاعلى إلخ هذا في غير القدم بالنسبة للحرة، أما هي فيجب سترها حتى من أسفلها، إذ باطن القدم عورة كما علمت.نعم، يكفي ستره بالارض لكونها تمنع إدراكه، فلا تكلف لبس نحو خف.فلو رؤي في حال سجودها، أو وقفت على نحو سرير مخرق بحيث يظهر من أخراقه، ضر ذلك، فتنبه له.

12. حاشية الجمل ج: 1ص: 411 للسليمان الجمل. دار الفكر

13. (قوله غير وجه وكفين ) شمل ما لو كان الثوب ساترا لجميع القدمين وليس مماسا لباطن القدم فيكفي الستر به لكون الأرض تمنع إدراك باطن القدم فلا تكلف لبس نحو خف خلافا لما توهمه بعض ضعفة الطلبة لكن يجب تحرزها في سجودها وركوعها عن ارتفاع الثوب عن باطن القدم فإنه مبطل فتنبه له ا هـ ع ش على م ر وهذه عورتها في الصلاة .

حاشية البجيرمي على الخطيب ج 1 ص 452

وَلَوْ كَانَ الْمُصَلِّي امْرَأَةً فَلَوْ رُئِيَتْ عَوْرَتُهُ مِنْ طَوْقِ قَمِيصِهِ لَسَعَتِهِ فِي رُكُوعِهِ أَوْ غَيْرِهِ ضَرَّ . ( فَلَوْ رُئِيَتْ ) أَيْ كَانَتْ بِحَيْثُ تُرَى وَإِنْ لَمْ تُرَ بِالْفِعْلِ ا هـ ا ج , وَعِبَارَةُ ق ل عَلَى التَّحْرِيرِ : فَلَوْ كَانَتْ بِحَيْثُ تُرَى مِنْ طَوْقِهِ مَثَلًا لَسِعَتِهِ بَطَلَتْ عِنْدَ إمْكَانِ الرُّؤْيَةِ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ , وَإِنْ لَمْ تُرَ بِالْفِعْلِ كَمَا لَوْ كَانَ ذَيْلُهُ قَصِيرًا بِحَيْثُ لَوْ رَكَعَ يَرْتَفِعُ عَنْ بَعْضِ الْعَوْرَةِ , فَتَبْطُلُ إذَا لَمْ يَتَدَارَكْهُ بِالسَّتْرِ قَبْلَ رُكُوعِهِ وَلَا يَضُرُّ رُؤْيَتُهَا مِنْ أَسْفَلَ كَأَنْ صَلَّى فِي عُلُوٍّ وَتَحْتَهُ مِنْ يَرَى عَوْرَتَهُ مِنْ ذَيْلِهِ ا هـ

نصب الراية ج 1 ص 416

( وَبَدَنُ الْحُرَّةِ كُلُّهَا عَوْرَةٌ , إلَّا وَجْهَهَا وَكَفَّيْهَا ) لِقَوْلِهِ عليه الصلاة والسلام { الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ مَسْتُورَةٌ } وَاسْتِثْنَاءُ الْعُضْوَيْنِ لِلِابْتِلَاءِ بِإِبْدَائِهِمَا . قَالَ رضي الله عنه : وَهَذَا تَنْصِيصٌ عَلَى أَنَّ الْقَدَمَ عَوْرَةٌ , وَيُرْوَى أَنَّهَا لَيْسَتْ بِعَوْرَةٍ وَهُوَ الْأَصَحُّ . ( فَإِنْ صَلَّتْ وَرُبْعُ سَاقِهَا أَوْ ثُلُثُهُ مَكْشُوفٌ تُعِيدُ الصَّلَاةَ ) عِنْدَ أَبِي حَنِيفَةَ وَمُحَمَّدٍ رحمهما الله ( وَإِنْ كَانَ أَقَلَّ مِنْ الرُّبْعِ لَا تُعِيدُ , وَقَالَ أَبُو يُوسُفَ رحمه الله : لَا تُعِيدُ إنْ كَانَ أَقَلَّ مِنْ النِّصْفِ ) لِأَنَّ الشَّيْءَ إنَّمَا يُوصَفُ بِالْكَثْرَةِ إذَا كَانَ مَا يُقَابِلُهُ أَقَلَّ مِنْهُ , إذْ هُمَا مِنْ أَسْمَاءِ الْمُقَابَلَةِ ( وَفِي النِّصْفِ عَنْهُ رِوَايَتَانِ ) فَاعْتَبَرَ الْخُرُوجَ عَنْ حَدِّ الْقِلَّةِ أَوْ عَدَمَ الدُّخُولِ فِي ضِدِّهِ , وَلَهُمَا أَنَّ الرُّبْعَ يَحْكِي حِكَايَةَ الْكَمَالِ كَمَا فِي مَسْحِ الرَّأْسِ وَالْحَلْقِ فِي الْإِحْرَامِ , وَمَنْ رَأَى وَجْهَ غَيْرِهِ يُخْبِرُ عَنْ رُؤْيَتِهِ وَإِنْ لَمْ يَرَ إلَّا أَحَدَ جَوَانِبِهِ الْأَرْبَعَةِ . ( وَالشَّعْرُ وَالْبَطْنُ وَالْفَخِذُ كَذَلِكَ ) يَعْنِي عَلَى هَذَا الِاخْتِلَافِ , لِأَنَّ كُلَّ وَاحِدٍ عُضْوٌ عَلَى حِدَةٍ , وَالْمُرَادُ بِهِ النَّازِلُ مِنْ الرَّأْسِ , هُوَ الصَّحِيحُ , وَإِنَّمَا وُضِعَ غُسْلُهُ فِي الْجَنَابَةِ لِمَكَانِ الْحَرَجِ , وَالْعَوْرَةُ الْغَلِيظَةُ عَلَى هَذَا الِاخْتِلَافِ , وَالذَّكَرُ يُعْتَبَرُ بِانْفِرَادِهِ , وَكَذَا الْأُنْثَيَانِ , وَهَذَا هُوَ الصَّحِيحُ دُونَ الضَّمِّ .

1 komentar: